Assalammualaikum wr wb
Dah lebih dr setengah tahun tdk berbagi cerita rasanya kangen juga
Sambung cerita dari yang terakhir y'
Selama di Madinah kita hanya melakukan rutinitas seperti biasa dengan penuh kedamaian beribadah seperti apa yang kita inginkan selama ini pembawaan kota madinah yang tenang membawa kekhusuan tersendiri bagi Jamaah yang akan beribadah.
Dengan hamparan karpet tebal dan quran disetiap sudut tiang masjid membawa kita betah untuk berlama-lama didalam masjid sambil membaca al Qur'an. Setelah kita selesai shalat disana terdapat beraneka macam tempat makan persis didepan masjid nabawi didepannya terdapat jajaran pertokoan dengan underground menyerupai mal bawah tanah sambil mencoba beraneka makanan khas Arab yang saya rasa makanannya lebih enak drpd makanan selama ada di kota Mekah.
Hari-hari berikutnya kita lalui dengan rutinitas yang sama selama 8 hari, disela-sela rutinitas itu biasanya diisi dengan melakukan perjalanan historis dan belanja pada tempat-tempat bersejarah disekitar madinah seperti masjid quba, masjid ijabah, perkebunan kurma, coklat, percetakan al Qur'an dll. Dalam perjalanan itu ternyata yang menjadi supir budaya itu merupakan orang asal Subang sehingga tidak terasa seperti sedang berada diluar negeri :) (asa dilembur sorangan) hahaha
Tidak luput dari rutinitas tersebut maka peran karu dan karom sangat dominan untuk memperhatikan keutuhan jumlah jamaah yang ada karena bila salah ada saja jamaah yang tertukar bus sehingga merepotkan jamaah lainnya untuk melakukan pencarian jamaah.
Kalau boleh disimpulkan bahwa rutinitas di Madinah itu lebih fokus untuk beribadah dengan tenang karena fasilitas semua tersedia dengan baik dan berdekatan sehingga tidak akan ada kesulitan semua yang dbutuhin ada semua disini. Cuma ingat bila menggunakan kendaraan taksi disana usahakan selalu menjaga pasangan karena sering terjadi penculikan bermodus taksi. Bila naik taksi usahakan yang naik duluan adalah pria dan bila keluar usahakan yang duluan adalah wanita..
Bersambung ke perjalanan di kota Mekah